SISTEM DAN POLA PERTAHANAN DIRI PADA SERANGGA (INSECTA) – Allif Dzulfikar – Alhikam – 1182060012

SISTEM DAN POLA PERTAHANAN DIRI PADA SERANGGA (INSECTA) - Allif Dzulfikar - Alhikam - 1182060012
  • SISTEM DAN POLA PERTAHANAN DIRI PADA SERANGGA (INSECTA) – Allif Dzulfikar – Alhikam – 1182060012

  • Views 51

  • Downloads 2

  • File size 682KB
  • Author/Uploader: BRINGKA Comunity

SISTEM DAN POLA PERTAHANAN DIRI PADA SERANGGA (INSECTA) MAKALAH Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Mandiri Mata Kuliah Zoologi Invertebrata

Dosen Pengampu: Dr. Sumiyati Sa’adah M.Si.,

Oleh : Allif Dzulfikar Alhikam

1182060012

Pendidikan Biologi 3/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018

KATA PENGANTAR Alhamdulilah Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ini dengan baik. Dimana Tugas Mata kuliah Zoologi Invertebrata ini, penulis sajikan dalam bentuk Laporan yang sederhana. Adapun judul penulisan Tugas yang penulis ambil adalah ”Pertahanan Diri Serangga”. Penulisan Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada. Materi-materi bertujuan agar dapat Mengetahui berbagai macam serangga dengan pertahanan dirinya. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan Tugas ini tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas Ridho-Nya yang telah memberikan kelancaran dalam menyelesaikan tugas ini dengan baik. 2. Ibu Dr. Sumiyati Sa’adah M.Si, selaku Dosen Mata Kuliah Zoologi Invertebrata yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian Tugas ini. 3. Kedua Orang Tua dan Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan secara moral maupun spiritual. 4. Rekan dan Rekan kita 3/A, yang telah membantu dan memberikan motivasi. Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Mata kuliah Zoologi Invertebrata ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Bandung, November 2019 Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………… i DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………….. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang …………………………………………………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………. 2 C. Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………….. 3 BAB II. PEMBAHASAN A. Struktur Perlindungan Diri Serangga …………………………………………………….. 4 B. Tempat Kedudukan Untuk Perlindungan Diri ………………………………………. 4 C. Reaksi Perlindungan Diri Serangga …………………………………………………….. 4 D. Kontraksi Perlindungan Diri Serangga ………………………………………………… 5 E. Besar, Bentuk, dan Warna Sebagai Perlindungan Diri …………………………… 5 F. Sistem Pertahanan Diri ………………………………………………………………………. 6 G. Surat-Surat dalam Al-Qur’an tentang Serangga ……………………………………. 7 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………… 10 B. Saran …………………………………………………………………………………………….. 10 DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. Error! Bookmark not defined.

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Serangga adalah hewan Arthropoda yang mempunyai tiga bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen dan juga mempunyai sepasang antena. Jumlah segmen tubuhnya terdiri dari 19-20 segmen. Serangga adalah satu-satunya hewan invertebrata yang mempunyai sayap. Kebanyakan serangga adalah teresterial, meskipun ada beberapa serangga yang habitatnya aquatik. Perkembangannya epimorphik, kecuali pada ordo Protura, dan tidak ada segmen yang bertambah setelah menetas dari telur. Perubahannya sangat bervariasi dari metamorfosis tidak sempurna sampai metamorfosis yang sempurna. Ukuran serangga berkisar antara 0,25 mm sampai 330 mm dan 0,5 mm sampai 300 mm dalam bentangan sayap. Serangga yang terbesar terdapat di Amerika utara yaitu berupa ngengat dengan bentangan sayap kira-kira 150 mm, dan serangga tongkat dengan panjang tubuh kira-kira 150 mm. Kisaran warna serangga mulai dari yang sangat tidak menarik sampai saangat cemerlang, bahkan beberapa serangga ada berwarna-warni (Borror & Sujadi, 1996) Tidak seperti halnya vertebrata, serangga tidak memiliki kerangka dalam, oleh karena itu tubuh serangga ditopang oleh pengerasan dinding tubuh yang berfungsi sebagai kerangka luar (eksoskeleton). Proses pengerasan dinding tubuh tersebut dinamakan skerotisasi. Dinding tubuh atau kulit serangga disebut integumen. Integumen terdiri atas satu lapis epidermis, selaput dasar dan kutikula. Kutikula mungkin lunak dan lemas, akan tetapi biasanya mengalami skerotisasi dan membentuk menyerupai pelat yang dinamakan sklereit. Karena komponen integumen seperti itu, menyebabkan serangga tidak dapat menjadi besar. Pertumbuhan serangga memerlukan pembaruan dan penanggalan kulit lama secara periodik (Jumar & Kusadi, 2000) Menurut (Tarumingkang & Sumantono, 1999) ukuran tubuh serangga bervariasi dari mikroskopis (seperti Thysanoptera, berbagai macam kutu) sampai yang besar seperti walang kayu, kupu-kupu gajah dan sebagainya. Walaupun ukuran badan serangga relatif kecil dibandingkan dengan vertebrata, kuantitasnya

1

yang demikian besar menyebabkan serangga sangat berperan dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus energi dalam suatu habitat. Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang mudah sekali menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya, terutama terhadap jenis makanan yang akan dimakan. Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila makanan itu tidak ada ia masih dapat hidup dengan memakan jenis tanaman lain (Pracaya, 1999) Selanjutnya (Jumar & Kusadi, 2000)menyatakan bahwa, serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat di alam. Serangga mempunyai saluran pencernaan yang dimulai dari mulut dengan fungsi unuk memasukkan makanan, kemudian menguraikannya dengan cara hidrolisa enzimatik, mengabsorbsi hasil penguraian makanan tersebut ke dalam tubuh, kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan bahan-bahan sisa ke luar tubuh melalui alat saluran belakang, yaitu anus. Saluran pencernaan serangga bentuknya seperti tabung yang mungkin lurus atau berkelok, memanjang dari mulut sampai anus. Serangga adalah makhluk yang berdarah dingin (poikiloterm), bila suhu lingkungan menurun, proses fisiologisnya menjadi lambat. Namun demikian banyak serangga yang tahan hidup pada suhu yang rendah (dingin) pada periode yang pendek, dan ada juga beberapa jenis diantaranya yang mampu bertahan hidup pada suhu rendah atau sangat rendah dalam waktu yang panjang (Borror & Sujadi, 1996)Selanjutnya serangga merupakan kelompok hewan yang paling luas penyebarannya. Hewan ini dapat hidup dimana-mana mulai dari daerah kering hingga daerah basah, mulai dari daerah panas hingga daerah kutub. Keberhasilan hidup Serangga di bumi ini dapat di lihat dari kurun waktu geologis yang telah dilalui dan kemampuannya untuk beradaptasi terhadap berbagai perubahan lingkungan serangga diperkirakan telah muncul di bumi sejak akhir zaman Silurian dan Devonian, kurang dari 400 juta tahun yang lalu. Sebagai perbandingan mamalia baru muncul pada kira-kira 230 juta tahun yang lalu dan mamalia modern mungkin baru muncul ke bumi ini sekitar 1,8 juta tahun lalu (Wilson & David, 2011) Sebagai kelompok organisme yang amat penting bagi ekosistem, para ahli menyatakan bahwa keberadaan suatu spesies sehingga berdampak terhadap

2

keberadaan dan komplesitas organisme lain. Bahkan beberapa serangga dinyatakan sebagai “Keystone spesies”, misalnya peran rayap sebagai decomposer, ataupun serangga yang lain hidup dalam ekosistem akuatik, yang berperan dalam siklus nutrisi untuk kehidupan organisme di dalam air (Gullan & Cranston, 2005) B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini adapun yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Struktur perlindungan diri serangga? 2. Dimana Tempat Kedudukan untuk Perlindungan diri? 3. Bagaimana Reaksi Perlindungan diri Serangga? 4. Bagaimana Kontruksi perlindungan diri Serangga? 5. Bagaimana Besar, Bentuk, Dan Warna sebagai Perlindungan diri Serangga? 6. Bagaimana Sistem pertahanan diri beserta contohnya? 7. Apa Surat yang membahas tentang Serangga? C. Tujuan Pada pembuatan makalah ini bertujuan untuk : 1. Untuk Mengetahui bagaimana struktur tubuh pada serangga. 2. Untuk Mengetahui dimana kedudukan Perlindungan diri Serangga. 3. Untuk Mengetahui Reaksi pertahanan diri serangga. 4. Untuk Mengetahui Kontruksi perlindungan diri serangga. 5. Untuk Mengetahui Besar, Bentuk, Dan Warna sebagai Perlindungan diri Serangga. 6. Untuk Mengetahui Sistem pertahanan diri beserta contohnya. 7. Untuk Mengetahui Surat pada Al-Qur’an yang membahas tentang Serangga.

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Stuktur Perlindungan Diri Serangga Pada tubuh serangga terdapat beberapa bagian yang merupakan bagian dari mempertahankan diri Serangga yaitu : a. Serangga mempunyai kerangka luar (exoskeleton) yang fleksibel dan kuat yang disebut kutikula. b. Kutikula yang paling luar (epicuticula) tebalnya kurang lebih 1-2 mikron dan sangat tahan terhadap bahan kimia dan tidak larut dalam pelarut biasa (termasuk asam mineral yang pekat). c. Di bawah epicuticula terdapat exocuticula yang tebal. Lapisan ini tebalnya lebih kurang 10 mikron, warnanya hitam (gelap), dan berstruktur keras. d. Di bawah exocuticula terdapat lapisan endocuticula. e. Bagian utama kutikula adalah chitin dan arthropodin. Keras tidaknya kutikula ditentukan oleh jumlah chitin. f. Sebagai pengganti tulang untuk penguat badan, terdapat kerangka luar yang mempunyai chitine. g. Kerangka luar ini mempunyai dua fungsi, yaitu untuk melindungi otot-otot, urat syaraf, dan alat-alat tubuh lain, dan sebagai kerangka untuk melekatnya otototot. B. Tempat Kedudukan Pertahanan Diri Beberapa tempat yang dijadikan pertahanan diri dari Serangga sebagai berikut : a. Ada serangga yang membuat terowongan dalam tanah, batang pohon, dalam bahan organik yang sedang membusuk, maksudnya agar tidak terkena temperature tinggi, penguapan yang berlebihan, atau dimakan oleh predator. b. Dengan makan di tempat yang tersembunyi, serangga akan merasa lebih aman dari musuh-musuhnya. C. Reaksi Serangga dalam Perlindungan diri Serangga yang biasa makan di tempat yang terbuka akan belajar melarikan diri atau menyembunyikan diri dari musuhnya. Misalnya, dengan terbang,

4

meloncat, berenang, menyelam, menjatuhkan diri, dan berpura-pura mati. Ada juga yang lari sambil membawa telur atau larvanya, agar tidak dimakan oleh musuhnya. D. Kontrusi Pertahanan diri Serangga Pada waktu ulat akan berubah menjadi kupu-kupu atau ngengat, dibuatlah kepompong dari benang sutera yang keluar dari mulutnya untuk melindungi diri. Kadang-kadang juga ada jenis ulat yang pada waktu masih tingkatan larva, sudah berada dalam kepompong, misalnya ulat kantung pada pohon jambu. Untuk melindungi diri sering juga serangga menggunakan tanah, daun-daunan, serpihan kayu, pasir, atau kerikil kecil-kecil, dan bahan-bahan lain untuk menutupi badannya. Cairan atau kotoran-kotoran yang dikeluarkan dari dinding badan, misalnya berupa zat seperti lilin, tepung, atau bulu pada kutu dan jenis-jenis aphis, berfungsi sebagai perlindungan diri. Serangga yang berkelompok, sering mendirikan sarang dari gundukan tanah untuk perlindungan diri, misalnya semut, rayap. Ada juga sarang bola kertas dari tabuhan dan sarang yang dibuat dari daundaunan yang dihubungkan dari semut rangrang, dan lain-lainnya. Larva Kumbang Ubi

Jalar

menumpuk

kotorannya

pada

punggungnya

sebagai

tempat

perlindungannya. Banyak lalat yang tidak meninggalkan kulitnya pada waktu masa larva, tetapi kulit tetap melekat pada larva sampai tingkatan pupa, untuk membentuk kantung pelindung yang baik. Ada juga lalat yang melekatkan telur pada ujung benang untuk perlindungan dirinya. E. Besar, Bentuk, dan Warna sebagai Pertahanan Diri Besar dan kecilnya serangga juga bisa merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap musuh. Serangga yang sangat kecil, tidak terlihat oleh musuhnya yang lebih besar, sedangkan sebaliknya serangga yang besar akan ditakuti oleh musuhnya yang kecil. Serangga yang bentuknya menyeramkan akan menakutkan musuhnya. Serangga yang bentuknya menyerupai ranting kering, yang disebut tongkat berjalan atau yang mempunyai bentuk dan warna sayap seperti daun, biasanya tidak terlihat oleh musuh, kecuali kalau serangga itu berjalan. Ada juga serangga yang dapat mengadakan penyamaran warna (Mimicry), misalnya kupukupu atau lalat yang disukai burung dan katak, dapat mempunyai bentuk atau warna yang menyerupai kupu-kupu lain yang beracun atau yang rasanya pahit. Bisa juga 5

mereka menyerupai tabuhan yang mempunyai sengat, sehingga musuhnya tidak berani mengganggu. Hal ini disebut penyamaran warna untuk melindungi diri (Protective mimicry). Namun demikian, apabila penyamaran warna itu justru untuk menangkap mangsa, disebut penyamaran penyerangan (Aggressive mimicry). Serangga yang mempunyai sengat atau rasa tidak enak untuk musuhnya (Predator), ada tandanya. Misalnya, pada badan tabuhan ada garis kuning cerah yang disebut pewarna peringatan (Warning coloration). F. Sistem Pertahanan diri a. Semut Pada Semut kimiawi berupa cairan asam yang disebut ‘asam formiat’. mekanik berupa capit yang kuat dan tajam, jg berguna bagi semut pekerja dalam memotong dan mengangkut barang. b. Lebah Pada Lebah mekanik berupa sengat yang

Gambar 1 Semut

tajam dan runcing sehingga dapat dengan mudah melukai lawannya. kimia berupa racun/bisa lebah yang disebut avitoksin, merupakan racun yang menimbulkan peradangan di tubuh lawannya. Gambar 2 Lebah

c. Lalat Pada Lalat secara kimia, lalat memiliki kekebalan tubuh yang sangat baik berupa antibiotik. terbukti lalat dapat bertahan hidup di tempat yang sangat kotor sekalipun.

Gambar 3 Lalat

d. Nyamuk

6

Pada nyamuk mekanik berupa belalai yang halus dan tajam untuk menggigit mangsanya dengan sangat lembut. kimiawi berupa cairan antikoagulasi (anti pembekuan) sehingga darah/cairan yang dihisap tidak mudah beku, selain itu dpt jg menimbulkan peradangan pada tubuh mangsanya. Gambar 4 Nyamuk

e. Belalang

Pada belalang mekanika kaki belalang yang mampu membuat tubuhnya melompat jauh sekaligus juga berguna untuk menendang lawannya bila diperlukan.

Gambar 5 Belalang

G. Jenis-Jenis Pola Perilaku Pertahanan Pada Hewan Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan. Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan melindungi diri dengan tingkah laku. Berikut jenis-jenis pola perilaku bertahan pada hewan yaitu sebagai berikut : a. Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain organiseme lain seperti misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya. Mimikri dibagi menjadi mimikri Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif. 

Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan hewan yang tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak mengandung racun dalam tubuhnya dan enak

7

dimakan seperti roti bakar, sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun dalam tubuhnya. Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan lain yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki warna seperti ular tanah yang sangat berbisa. Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya. Ikan anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang mirip ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat tersebut adalah perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama. Kunang-kunang jantan dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya, pola kelap-kelip ini berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies kunangkunang betina yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila jantan spesies yang lain itu datang akan dimakan.

Mimikiri pada serangga : Mimikri didefinisikan sebagai pemiripan atau peniruan secara fisik atau perilaku oleh satu spesies terhadap spesies yang lain yang menguntungkan dirinya, atau secara tidak langsung juga keduanya. Organisme yang “meniru” disebut mimik, sedangkan organisme yang “ditiru” disebut model. Di alam ini, cukup banyak jenis organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang melakukan mimikri untuk tujuan pertahanan maupun mendapatkan pakan. Serangga adalah salah satu jenis hewan yang melakukan mimikri, dan pada banyak kasus terbukti efektif. 

Mimikri Batesian

Mekanisme dari mimikri ini adalah peniruan oleh serangga peniru yang tergolong tidak berbahaya pada model-model serangga yang tergolong berbahaya atau beracun. Contoh yang cukup terkenal adalah lalat syrphid genus Eristalis spp. yang morfologi dan perilakunya amat mirip dengan lebah spesies Apis mellifera (Golding dan Edmunds, 2000). Pada penelitian yang dilakukan keduanya, sang lalat syrphid terbukti mampu menirukan perilaku lebah dengan sangat mirip dari aspek waktu kunjungan ke bunga tumbuhan-tumbuhan tertentu, di samping memang secara morfologis sangat mirip. Contoh lainnya, misalnya pada kumbang staphylinid myrmecophilous, Pella comes yang mampu menirukan morfologi semut inangnya, dan bahkan menghindarkannya dari pemangsaan oleh predator (katak pohon). 

Mimikri Browerian

Fenomena ini dianggap mirip dengan mimikri Batesian, namun terjadi di antara individu dalam satu spesies. Fenomena ini ditemukan oleh Lincoln P. Brower dan Jane Van Zandt Brower, dan disebut juga

8

automimicry. Mimikri ini muncul pada spesies-spesies kupu-kupu, misalnya D. plexippus yang makan tumbuhan milkweed yang kadar racunnya bervariasi. Keuntungan dari mimikri ini adalah, jika predator makan pada beberapa individu larva atau imago, dan kemudian menemukan bahwa salah satu individu berasa sangat tidak enak, maka predator tersebut akan segera berhenti menyantapnya, dan meninggalkan koloni kupu-kupu tersebut. Artinya, beberapa individu menjadi tumbal bagi keselamatan seluruh individu yang tersisa. 

Mimikri Peckhamian

Serangga yang menerapkan mimikri jenis ini (disebut mimikri Peckhamian merujuk pada penemunya, George dan Elizabeth Peckhman) akan meniru ciri-ciri serangga yang tidak berbahaya atau mungkin berguna untuk “menipu” inang atau mangsanya, sehingga memudahkannya memangsa tanpa dicurigai oleh anggota koloni mangsanya. Contohnya misal pada tiga spesies lalat syrphid predator genus Microdon yang meniru pupa semut inangnya (genus Camponotus dan Formica). Pengamatan oleh Garnett et al (1985) membuktikan bahwa larva instar 1 dan 2 Microdon mampu menirukan morfologi, bahkan “bau” khas pupa kedua spesies semut tersebut dengan sangat mirip, sehingga memungkinkan mereka dapat memangsa pupa-pupa semut tersebut. Contoh lain adalah pada kunang-kunang Photuris betina yang mampu mengeluarkan pola kerlip cahaya yang mirip dengan pola kerlip cahaya kunang-kunang jenis Photinus. Akibatnya, kunangkunang jantan Photinus terpikat oleh ajakan kawin si Photuris, yang berujung pada maut, karena begitu sampai, sang “betina” ternyata adalah calon pemangsanya! Yang lebih hebat lagi, dengan memangsa Photinus, betina Photuris akan mendapatkan senyawa steroid lucibufagins yang bermanfaat sebagai senyawa pertahanan dari si mangsa.

b. Kamuflase Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari makan. Ada beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan sama sekali, tapi menakuti hewan lain dengan menyamarkan diri sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak menarik.

9

Lingkungan menjadi faktor paling penting dalam proses kamuflase. Teknik kamuflase sederhana adalah dengan mencocokkan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, berbagai elemen dari habitat alami dapat disebut sebagai model untuk kamuflase. Karena tujuan akhir dari kamuflase adalah untuk bersembunyi dari hewan lain, fisiologi dan perilaku predator hewan atau mangsa sangat signifikan. Binatang tidak akan mengembangkan setiap kamuflase yang tidak membantu bertahan hidup, jadi tidak semua hewan berbaur dengan lingkungan dengan cara yang sama. Misalnya, tidak ada gunanya binatang mereplikasi warna sekitarnya jika predator utamanya buta warna. Kamuflase pada serangga : Beberapa serangga yang terperangkap dalam getah pohon dan terawetkan, membuktikan bila cara kamuflase tersebut sudah ada sejak setidaknya 130 juta tahun silam. Sebuah tim yang dipimpin oleh Dr. Bo Wang dari Nanjing Institute of Geology melakukan sebuah pekerjaan besar dengan meneliti 300,000 serangga yang mereka temukan dalam fosil getah pohon. Dari publikasi yang diterbitkan oleh Science Advances, Wang melaporkan penemuan 35 spesimen yang menunjukkan bukti nyata tentang perilaku kamuflase. Sebagian besar dari mereka adalah serangga-seranga dari zaman Cretaceous. Sekitar 12 dari spesimen tersebut, ditemukan di Myanmar, sebagaimana dibahas dalam jurnal tersebut. Perilaku kamuflase itu menyebar di era Dinosaurus, dimana banyak ditemukan juga serangga membawa benda-benda untuk kamuflase di tempat-tempat yang sekarang disebut Perancis dan Lebanon. c. Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa. Autotomi pada serangga : Beberapa capung jarum (damselflies) Amerika Utara – sepupu capung dengan tubuh yang lebih ramping dan rapuh – telah mengembangkan strategi yang berbeda untuk menghindari dirinya dimangsa. Larva damselflies kadang-kadang ada di kolam yang . berisi predator seperti ikan atau serangga yang lebih besar seperti capung. Strategi berburu para predator ini berbeda, sehingga diperlukan strategi pertahanan yang berbeda.

10

Bagi damselflies yang mencoba melarikan diri dari pemangsa yang bisa mencengkeram korbannya, melepaskan satu bagian tubuh adalah sebuah pertahanan yang penting. Capung sering menargetkan ekor berbulu dari damselflies yang melarikan diri, yang disebut lamellae. Damselflies dapat mengamputasi diri dengan melepasnya selama pelarian, meninggalkan calon predator dalam kesulitan. Ini adalah langkah yang berisiko, karena ekor ini juga penting untuk berenang dan bernapas di bawah air.

H. Surat-surat membahas tentang Serangga a. Q.S Al-Ankabut ayat 41

Artinya : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui”. (Al-‘Ankabut 29:41).

b. Q.S Saba ayat 14

Artinya : “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya 11

mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan”. (Saba’ 34:14). c. Q.S An-Naml ayat 18-19

Artinya : 18. “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. 19. “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”.

d. Q.S Al-Baqarah ayat 26

Artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin 12

bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik”. (Al-Baqarah 26).

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Serangga adalah hewan Arthropoda yang mempunyai tiga bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen dan juga mempunyai sepasang antena. Jumlah segmen tubuhnya terdiri dari 19-20 segmen. Serangga adalah satu-satunya hewan invertebrata yang mempunyai sayap. Serangga merupakan salah satu kelompok hewan yang mudah sekali menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan sekitarnya, terutama terhadap jenis makanan yang akan dimakan. Walaupun serangga suka pada tanaman tertentu, apabila makanan itu tidak ada ia masih dapat hidup dengan memakan jenis tanaman lain. Pada struktur tubuh serangga mempunyai Kerangka Luar, Katikula Paling Luar, Exocaticula, Lapisan Endocuticula dan Chitine & Antropodin. Sistem Pertahanan serangga yang terdapat pada semut berupa cairan asam (Asam Forniat) pada lebah berupa sengat yang tajam dan runcing, Lalat memiliki kekebalan tubuh yang sangat baik yaitu antibiotik, Nyamuk berupa belalai yang halus dan tajam, pada belalang yaitu mampu membuat tubuhnya melompat jauh. Besar dan kecilnya serangga juga bisa merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap musuh. Serangga yang sangat kecil, tidak terlihat oleh musuhnya yang lebih besar, sedangkan sebaliknya serangga yang besar akan ditakuti oleh musuhnya yang kecil. B. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

14

DAFTAR PUSTAKA Borror, & Sujadi. (1996). Zoologi Invertebrata. Jakarta: Gramedia. Gullan, & Cranston. (2005). The Insect An Outline of Entomology . Malden: Machwell Publicing. Hasbullah. (1999). Dasar dasar ilmu Pendidikan. Jakatra: Rajawali pers. Jumar, & Kusadi. (2000). Insecta. Bandung: Karisma. Pracaya. (1999). Zoologi Invertebrata. Jakarta: Pustaka Hidayah. Tarumingkang, & Sumantono. (1999). Mengenal berbagai Serangga. Bandung: CV. Asha Jaya. Wilson, & David. (2011). Adaptasi Serangga dan Dampaknya terhadap kehidupan Manusia. Jurnal Pertanian , 67-88.

15