Perkecambahan

Perkecambahan
  • Perkecambahan

  • Views 1

  • Downloads 0

  • File size 324KB
  • Author/Uploader: Chalissa Nuruzzulfa

TIKET MASUK PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM PENGARUH KADAR NaCl TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI

Oleh: Kelompok 1

Dea Esaayu Mahabella Ela Dwining Nur Jayati Larasati Al Prayitno Moch. Shobirin Nihayatul Lutfiana Ramdhani Faradilla Intania Nuraida Rininta Anggraeni Talogo Surya Rendra Dwiyanda

(135090100111001) (135090100111013) (135090100111009) (135090100111003) (135090100111005) (135090100111015) (135090100111007) (135090100111011)

Asisten PJ :

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013

HALAMAN PERNYATAAN DAN DESKRIPSI TUGAS Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan yang berjudul Pengaruh Kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji ini adalah asli hasil kerja kelompok I dan tidak mengandung sedikitpun unsur plagiarism (menyalin dari kelompok lain). Dengan pembagian tugas sebagai berikut : Dea Esaayu Mahabella : Tinjauan Pustaka, Sampul dan Halaman Pernyataan Ela Dwining Nur Jayati : Metode Praktikum Larasati Al Prayitno : Pendahuluan Nihayatul Lutfiana : Pendahuluan Moch. Shobirin : Tinjauan Pustaka Ramdhani Faradilla Intania Nuraida : Tinjauan Pustaka dan Daftar Pustaka Rininta Anggraeni Talogo : Tinjauan Pustaka Surya Rendra Dwiyanda : Metode Praktikum

Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, dengan kesadaran kelompok dan bukan atas paksaan. Malang, 25 November 2013 Dea Esaayu Mahabella Ela Dwining Nur Jayati Larasati Al Prayitno Moch. Shobirin Nihayatul Lutfiana Ramdhani Faradilla Intania Nuraida Rininta Anggraeni Talogo Surya Rendra Dwiyanda

: …………… : …………… : …………… : …………… : …………… : …………… : …………… : ……………

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji lainnya yang berpotensi untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Penyerapan air atau imbibisi yang terjadi melalui liang biji (mikrofil) merupakan tahap awal perkecambahan. Tahap ini benar-benar esensial karena sebelumnya biji dalam keadaan kering dengan konsentrasi air hanya sekitar 5% hingga 10%. Penyerapan ini mengakibatkan biji membesar sehingga kulit biji akan robek. Selanjutnya, peningkatan konsetrasi air akan mengaktifkan enzim-enzim dalam kotiledon untuk merombak cadangan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana yang kemudian diangkut menuju lokasi pertumbuhan embrio. Gejala awal pada tahap ini ditandai dengan pembengkakan radikula sehingga kulit biji robek dan muncul kecambah. Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memengaruhinya adalah viabilitas biji, cadangan makanan dalam biji, dan hormon-hormon yang terkandung di dalamnya. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi antara lain adalah ketersedian air, oksigen, dan cahaya. Air berfungsi untuk melunakkan kulit biji dan melarutkan cadangan makanan, sehingga kurangnya ketersediaan air yang salah satunya disebabkam oleh adanya solut seperti NaCl akan menghambat proses perkecambahan. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi dan respirasi yang menghasilkan energi. Sementara cahaya diperlukan untuk memicu perkecambahan. (Setiowati dan Furqonita, 2007) Berdasarkan beberapa informasi di atas, dengan jelas diketahui bahwa salah satu faktor eksternal yang paling esensial dalam perkecambahan adalah ketersediaan air. Karena tahap awal perkecambahan sudah ditunjukkan dengan kebutuhan yang tinggi terhadap air. Sehingga, kurangnya ketersediaan air akan menghambat tahap awal perkecambahan ini dan tahap berikutnya tidak mungkin terjadi. Untuk membuktikan kebenarannya, maka diadakanlah praktikum mengenai perkecambahan ini dengan judul “Pengaruh Kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji”. Dengan demikian, selama percobaan berlangsung dapat diketahui bagaimana peran ketersediaan air dalam proses peerkecambahan dan pengaruh apa yang dibawa NaCl saat berada dalam air. 1.2 Rumusan Masalah Praktikum yang berjudul “Pengaruh Kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji” ini memunculkan beberapa rumusan masalah yang akan dipelajari, yaitu : 1. Apakah ada hubungan antara konsentrasi NaCl dengan kecepatan perkecambahan dan morfologi kecambah biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang terbentuk? 2. Berdasarkan morfologi kecambahnya, apakah proses perkecambahannya termasuk hipogeal atau epigeal? 1.3 Tujuan Tujuan dari praktikum yang berjudul “Pengaruh Kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji” ini antara lain adalah : 1. Mengetahui hubungan antara konsentrasi NaCl dengan kecepatan perkecambahan dan morfologi kecambah biji kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang terbentuk.

2. Mengetahui morfologi perkecambahan kecambah, termasuk hipogeal atau epigeal. 1.4 Manfaat Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji” ini salah satunya yaitu untuk menentukan besarnya kadar garam NaCl yang dibutuhkan untuk membudidayakan suatu jenis tanaman tertentu misalnya dalam pembibitan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkecambahan Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan bagian-bagian biji lainnya untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru (Furqonita, 2007). 2.2 Tipe Perkecambahan Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil terangkat ke atas permukaan tanah. Kotiledon sebagai cadangan energi akan melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk membentuk daun. Proses ini dapat dilihat pada perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus). Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan tterebentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon tetap berada di dalam tanah. Proses ini dapat dilihat pada perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum) (Aryulina, 2004). 2.3 Tahapan Perkecambahan Tahapan awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Berakhirnya masa dormansi ditandai dengan masuknya air ke dalam biji, yang disebut dengan proses imbibisi terjadi melalui ilang biji (mikrofil). Penyerapan air merupakan tahap yang penting dalam proses perkecambahan. Biji yang telah menyerap air akan membesar sehingga mengakibatkan robeknya kulit biji. Proses tersebut akan menginduksi aktivitas enzim (biokatalisator yang berperan dalam metabolisme) sehingga awal perkecambahan mulai berjalan. Setelah berakhirnya masa dormansi, tahap berikutnya tumbuhan akan melakukan proses diferensiasi. Diferensiasi merupakan proses pertambahan jenis dan fungsi sel yang jelas. Setelah itu akan dibentuk organ-organ melalui proses organogenesis (Aryulina, 2004). Peningkatan kandungan air dalam biji memicu pengaktifan enzim-enzim dalam kotiledon yang akan merombak cadangan makanan menjadi molekul-molekul sederhana, yang selanjutnya akan diangkut menuju lokasi pertumbuhan pada embrio. Gejala awal dari perkecambahan biasanya terlihat dari pembengkakan akar lembaga yang menyebabkan kulit biji sobek dan kecambah mulai tumbuh (Furqonita, 2007). Waktu perkecambahan dapat memberikan informasi mengenai tingkat perkecambahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya waktu resiprokal yang dibutuhkan perkecambahan agar perkecambahan yang dapat terjadi secara komplit atau sempurna. Meskipun tingkat atau angka perkecambahan sering digunakan pada literatur mengenai biji-bijian sebagai presentase perkecambahan. Presentase selalu direferensikan sebagai hasil pembagian individual dalam populasi biji yang sudah ataupun belum mengalami perkecambahan, sedangkat tingkat perkecambahan hanya digunakan untuk

menghubungkan antara inversi waktu yang dibutuhkan pada presentase spesifik populasi untuk perkecambahan sempurna. Karena setiap spesies biji memiliki tingkat perkecambahan yang unik, sehingga setiap tingkat pada setiap biji akan berbeda (Bewley, 2013). Banyak penelitian mengenai perlecambahan dilakukan dengan tujuan untuk dapat memahami bagaimana perkecambahan dapat dikontrol dalam alam. Salah satunya adalah biji tidak dapat dikoleksi atau diambil apabila belum matang seutuhnya. biji yang tidak matang sepenuhnya pada beberapa spesies tidak dapat mengalami perkecambahan dan apabila diletakan di tempat yang lembab maka akan terkena jamur (fungi). Selain itu, perkecambahan akan lebih baik dilakukan secepatnya setelah biji telah matang, terutama 7 hingga 10 hari setelah panen. Salah satu alasannya adalah biji dapat mengalami perubahan terhadap respon perkecambahan jika dibiarkan terlalu lama, terutama apabila disimpan secara kering pada suhu ruangan (Baskin, 2001)

Gambar 1. (a) Perkecambahan Epigeal (b) Perkecambahan Hipogeal (Aryulina, 2004). Gambar a adalah contoh perkecambahan epigeal dimana hipokotil terangkat keatas sehingga kotiledon terletak diatas permukaan tanah. Tipe perkecambahan epigeal dapat ditemukan pada tumbuhan kacang hijau. Gambar b adalah contoh perkecambahan hypogeal dimana epikotil terangkat keatas sehingga kotiledon tetap berada didalam tanah. Tipe perkecambahan hypogeal dapat ditemukan pada tanaman jagung dan kacang kapri. 2.4 Pengertian Hipokotil dan Epikotil Kalkulus adalah calon batang yang akan tumbuh menjadi calon batang bagian atas yang berada di atas kotiledon yang disebut epikotil dan bagian calon batang yang dibawah kotiledon yang disebut hipokotil. Epikotil selanjutnya akan tumbuh membentuk batang dan daun, sedang hipokotil akan tumbuh membentuk pangkal batang dan akar. Ujung dari epikotil yang akan membentuk daun mempunyai pucuk lembaga yang disebut plumula. Plumula diselubungi oleh suatu selaput yang disebut koleoptilum (Susilowarno dkk, 2004). 2.5 Pengaruh NaCl terhadap Perkecambahan Biji Tanah yang bersalinitas mengandungg NaCl, namun dapat juga mengakumulasi sulfat dan karbonat Na, Mg, dan Ca, terutama di daerah yang kering. Salinitas tanah dapat mempengaruhi perkecambahan dengan menurunkan potensi osmosis eksternal, serta mengurangi pengambilan air oleh biji dan atau melalui efek ion spesifik secara langsung yang kemungkinan beracun. Kolonisasi habitat yang bersalinitas tergantung pada toleransi garam oleh perkecambahan biji. Perkecambahan biji dapat menjadi tahap

yang jarang terjadi, karena pada umumnya 10 hingga 100 kali lebih sensitive daripada NaCl daripada pertumbuhan biji (Black dkk, 2006). BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1

Waktu dan Tempat

Praktikum biologi umum berjudul “Pengaruh kadar NaCl terhadap Perkecambahan Biji” dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 November 2013 pukul 16.00 sampai dengan 18.00 WIB di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang. 3.2

Cara Kerja Biji Kacang Hijau Disiapkan empat gelas aqua gelas Pada gelas aqua yang telah dibersihkan dimasukkan 3-4 lembar tissue yang telah dipotong sesuai bentuk dasar gelas Tissue dibasahi dengan air atau larutan NaCl sesuai konsentrasi (0,25%, 0,050% dan 0,75%) Enam sampai delapan biji kacang hijau diletakkan di atas tissue Gelas aqua ditutup dengan plastik Gelas aqua diikat dengan karet gelang Biji-biji tersebut ditumbuhkan selama satu minggu Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui kecepatan dan proses perkecambahan biji Pada hari terakhir pengamatan dilakukan deskripsi morfologi kecambah pada masing-masing perlakuan Bila memungkinkan dilakukan pengukuran panjang hipokotil dan epikotil serta panjang akar Apabilaakar mengalami pembengkokan maka pengukuran panjang akar dapat dipermudah dengan menempelkan benang dari pangkal sampai ujung akar lalu diukur panjang akar Hasil

DAFTAR PUSTAKA Aryulina, Diah dkk. 2004. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Baskin, C. C. dan J. M. Baskin. 2001. Seeds: Ecology, Biogeography, and Evolution of Dormancy and Germination. Academic Press. California. Bewley, J. D., K. J. Bradford, H. W. M. Hilhorst, H. Nonogoki. 2013. Seeds: Physiology of Development, Germination and Dormancy. Springer. London.

Black, M., J. D. Bewley dan P. Halmer. 2006. The Encyclopedia od Seeds: Science, Technology and Uses. CAB International. London. Furqonita, Deswaty. 2007. Seri IPA Biologi. Jakarta : Yudhistira. Setiowati, Tetty dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif. Jilid 3. Cetakan Pertama. Jakarta : Azka Press. Susilowarno, Gunawan dkk. 2004. Biologi. Jakarta : Grasindo.