LP Nefrolitiasis

LP Nefrolitiasis
  • LP Nefrolitiasis

  • Views 1

  • Downloads 0

  • File size 251KB
  • Author/Uploader: Prisca

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA NEFROLITIASIS DIRUANG PERIOPERATIF (IBS) RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH : WENIE NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA NEFROLITIASIS DIRUANG PERIOPERATIF (IBS) RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Praktik Praklinik Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

OLEH : WENIE NIM : 2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN 2021 LEMBAR PERSETUJUAN Asuhan Keperawatan ini disusun oleh: Nama

: Wenie

Nim

: 2017.C.09a.0913

Judul

: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis Nefrotialisis di Ruang Perioperatif (IBS) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah

melaksanakan

asuhan

keperawatan

sebagai

persyaratan

untuk

menyelesaikan program Sarjana Keperawatan Praktik Pra Klinik pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

Merry Triana, S.Kep.,Ns

Mengetahui Kepala Ruangan

., S. Kep., Ners

LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan ini disusun oleh: Nama

: Wenie

Nim

: 2017.C.09a.0913

Judul

: Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Diagnosa Medis Nefrotialisis di Ruang Perioperatif (IBS) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah

melaksanakan

asuhan

keperawatan

sebagai

persyaratan

untuk

menyelesaikan program Sarjana Keperawatan Praktik Pra Klinik pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

Merry Triana, S.Kep.,Ns

Mengetahui Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Kasih dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Nefrolitiasis Di Ruang Perioperatif (IBS) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Penulisan Laporan pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik materi, moral maupun spritual. Bersama ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

Maria Adelheid, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan memberi izin untuk melaksanakan penelitian.

2.

Meilita Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan bantuan dalam proses pembelajaran..

3.

Rimba Aprianti,S.Kep.,Ns , selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya membimbing penulisan dalam menyelesaikan Studi Kasus ini dengan ikhlas dan sabar.

4.

Merry Triana ,S.Kep.,Ns ,selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan pendahuluan ini.

5.

Seluruh dosen dan staf yang telah bersedia memberikan ilmu, membimbing, mendidik dan membantu selama ini.

6.

Kedua orang tua saya, adik saya yang selalu memberi dukungan, bantuan baik moril maupun materil, doa serta cinta kasihnya selama ini, serta keluarga besar saya terima kasih atas dukungannya selama ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari

sempurna. Maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga laporan pendahuluan ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Keperawatan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Berkat dan KaruniaNya kepada kita semua. Palangka Raya,

Oktober

2021 Penulis BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 1.1.1

Konsep Dasar Nefrolitiasis Anatomi Fisiologi Manusia memiliki sepasang ginjal.Dua ginjal terletak pada dinding posterior

abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.Posisi ginjal kanan sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati.Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak

dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Dibawah ini terdapat gambar tentang anatomi fisiologi ginjal

Gambar II.1 Anatomi Ginjal (Sumber: Smeltzer, 2019:1365) Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150 gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap. Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.

Glomerulus terdiri dari sekumpulan kapiler glomerulus yang dilalui sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah. Glomerulus tersusun dari suatu jaringan kapiler glomerulus yang bercabang dan beranastomosis, yang mempunyai tekanan hidrostatik tinggi (kira-kira 60 mmHg) bila dibandingkan dengan kapiler lainnya. Kapiler glomerulus dilapisi oleh sel- sel epitel, dan keseluruhan glomerulus dibungkus dalam kapsula bowman. Sedangkan tubulus merupakan tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal. Meskipun setiap nefron mempunyai semua komponen seperti yang digambarkan diatas, tetapi tetap terdapat beberapa perbedaan, bergantung pada seberapa dalam letak nefron pada massa ginjal. Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di korteks sisi luar disebut nefon kortikal; nefron tersebut mempunyai ansa henle pendek yang hanya sedikit menembus ke dalam medula. Kira-kira20-30% nefron mempunyai glomerulus yang terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medula, dan disebut nefron jukstamedular; nefron ini mempunyai ansa henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula. 1.1.2

Definisi Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu

tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urine (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, srtruvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir dan kerikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan dengan spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini daripada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi. (Mansjoer Arief, 2020) Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk didalam saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalalm urine. (Nursalam, 2018) Nefrolitiasis adalah batu ginjal yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksala dan fosat) atau magnesium fosat dan asam urat. (Baradero, 2018) Nefrolitiasis adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan saluran kemih atau infeksi. Batu ini dapat terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di kandung kemih (batu kandung kemih), proses pembentukan ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). (Sjamsuhidrajat, 2017)

1.1.3

Klasifikasi

Pembentukan batu saluran kemih atau ureter dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut: a.

Batu kalsium Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat.

Mulai dari ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal (batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh beberapa hal: 1. Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti pada hiperparatiroid, immobilias, dan cushing disease.  2. Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis atau milkalkali sindrom. 3. Gangguan absorpsi tubulus ginjal. 4. Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney. b. Batu oksalat Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanya sereal, dan jarang terjadi di daerah peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan oleh: 1. Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake tinggimakanan berbahan kecap.  2. Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil. 3. Overdosis vitamin C atau asam askorbat. 4. Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat dilepas untuk diabsorpsi. c.

Batu struvit Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium fosfat. Pada

urin tinggi ammonia karena infeksi oleh bakteri yang mengandung enzim urease, seperti proteus, pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea menjadi 2 molekul ammonia, sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk batu staghorn, sering membuat abses,dan sulit dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga terlindung dari antibiotic. d.

Batu asam urat Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang cairan,atau pH

urin rendah. Orang dengan gout primer/sekunder berisikomengalami batu asam urat. e.

Batu sistin Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital dari

gangguan autosom resesif, yang mengakibatkan terbentuknya Kristalcistin di urin

yang terutama terjadi pada anak-anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang terjadi. f.

Batu xantin Bersifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal dipicu pada urin

yang asam. (Mansjoer Arief, 2020) 1.1.4

Etiologi Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium dalam

ginjal,

kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine. a. Faktor intrinsik, meliputi: 1. Herediter Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi. 2. Umur Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun 3. Jenis kelamin Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita. b. Faktor ekstrinsik, meliputi: 1. Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) 2. Suhu Nefrolitiasis lebih banyak ditemukan pada daerah bersuhu tinggi. 3. Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih. 4. Diet Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih. 5. Pekerjaan Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life). 6. Infeksi

Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada. Selain itu ada beberapa teori yang ,membahas tentang proses pembentukan batu yaitu: a. Teori inti (nucleus) Batu terbentuk didalam urin karena adanya inti batu atau sabuk

batu

(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih. b. Teori matriks Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu. c. Teori inhibitor kristalisasi Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat,pirofosfat, mukoprotein, dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini kurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih ( Mansjoer Arief , 2020)

1.1.5

Manifestasi klinis

Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu : 1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costovertebral. 2. Hematuria Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik. 3. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik. 4. Sumbatan Batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi saluran kemih: demam dan menggigil. (Nursalam, 2018)

5. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala 6. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menye menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalias (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. (Smeltzer,2014) 7. Gejala lainya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggigil dan darah dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika melewati ureter. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (Mansjoer Arif, 2020 )

1.1.6

Patofisiologi

Batu saluran kemih biasanya timbul akibat terjadinya kerusakan pada sistem keseimbangan cairan yang baik. Ginjal harus mengolah air, namun ginjal juga harus mengekskresikan materi yang derajat kelarutannya rendah. Dua persyarafan yang berlawanan ini harus diseimbangkan selama adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas. Hingga derajat tertentu, masalah ini diringankan oleh kenyataan bahwa urin mengandung substansi yang menghambat proses klristalisasi kalsium dan garam lainnya yang dapat mengikat kalsium menjadi senyawa kompleks yang larut, mekanisme protektif ini kurang begitu sempurna. Hiperkalsiuria seringkali menyebabkan pembentukan batu kalsium oksalat yang mengendap dalam ginjal dan berubah menjadi batu dalam sekian waktu. Hiperurikosuria dengan atau tanpa hiperurikemia merupakan faktor yang paling mendasar pembentukan batu ginjal. Infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh organisme pemecah-urin menyebabkan alkalinisasi urin dan produksi ammonia yang berlebih, yang dapat mengakibatkan presipitasi magnesium ammonium fosfat (struvit) dan kalsium fosfat. Benda-benda ini bekerja sebagai benda asing, menyebabkan obstruksi dan infeksi secara terusmenerus. Saat urin menjadi “super” jenuh dengan

materi yang tidak dapat larut, karena laju ekskresinya berlebihan dan atau karena konservasi air begitu ekstrim, maka kristal mulai terbentuk dan dapat membesar serta mengelompok untuk membentuk sebuah batu. Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar menyebabkan perubahan eliminasi urin dan biasanya urin yang dikeluarkan mengandung darah (hematuria) akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter
kesadaran dan mengalami kelemahan fisik yang

mengakibatkan terjadinya hambatan mobilitas fisik. Pada daerah insisi dimana terjadi terputusnya kontinuitas jaringan yang merupakan tempat masuknya organisme sehingga pasien beresiko tinggi mengalami infeksi, selain itu pada daerah insisi mengenai sel-sel syaraf sehingga sensasi syaraf nyeri meningkat, pasien mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. Nyeri bertambah bila untuk bergerak hal ini menyebabkan pasien mengalami defisit perawatan diri. Pada proses penyembuhan daerah yang diinsisi, tubuh mengalami peningkatan metabolisme sehingga mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada proses penyembuhan diperlukan nutrisi dan diit yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka, maka dilakukan pendidikan kesehatan dimana pasien kurang informasi menyebabkan kurang pengetahuan pada pasien.( Corwin, 2019 )

Pathway Faktor Intrinsik Herediter Umur Jenis kelamin

Faktor Ekstrinsik Geografi Suhu Asupan air Diet Pekerjaan Infeksi

Pada ginjal

Hiperkalsiuria Pembentukan batu kalsium oksalat

Banyak zat terlarut dalam urin

Mengendap di ginjal

Zat pelarut mengendap

Endapan menjadi batu NEFROLITIASIS

Tindakan pembedahan Nefrolitotomi Infeksi saluran kemih

Nyeri tekan diarea

Alkalinisasi urin dan produksi urin berlebih

Kolik renal

Obstruksi urin

Kurang pengetahu Terputusnya kontinuitas an jaringan Ansietas

Mual muntah

Penurunan

Kekurangan volume cairan

Syaraf nyeri mengalami rangsangan

anestesi

Meta Luka insisi pembedahan bolisme

Penurunan kesadaran

Kelemahan fisik Nyeri akut

ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tempat

Nyeri akut

Hambatan mobilitas fisik Aliran urin terhanbat

Resiko tinggi infeksi

Gangguan eliminasi urin

1.1.7

Komplikasi

1. Gagal ginjal Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal. 2. Infeksi Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal. 3. Hidronefrosis Karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lama-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin. 4. Avaskuler ischemia Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan. (Mansjoer Arief, 2019) 1.1.8

Pemeriksaan penunjang

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu : a.

Radiologi Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini

berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni. Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari

penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograde.

b.

Laboratorium

 Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.  Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine. c. Urinalisa Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis. 3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder) Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu di sekitar saluran kemih. 4. Endoskopi ginjal

Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil. 5. USG Ginjal Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu. 6. EKG (Elektrokardiografi) Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit. 7. Foto Rontgen Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal, menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang ureter. 8. IVP (Intra Venous Pyelografi ) Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter). 9. Pielogram retrograd Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.(Baradero, 2018) 1.1.9

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada batu ginjal, yaitu: 1.1.9.1

Penatalaksanaan medis

a) Terapi medis dan simtomatik Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr. b) Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut. c) Tindakan bedah Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain: 1)      Pielolititomi                          : jika batu berada di piala ginjal 2)      Nefrolithotomi/nefrektomi   : jika batu terletak didalam ginjal 3)      Ureterolitotomi                     : jika batu berada dalam ureter 4)      Sistolitotomi                         : jika batu berada di kandung kemih d) Obat

diuretik

thiazid

(

misalnya

trichlorometazid)akan

mengurangi

pembentukan batu yang baru. 1.2 Penatalaksanaan keperawatan Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi nyeri a. Peredaan segera pada nyeri hebat karena kolik uterteral atau renal diatasi dengan analgesik narkotik. b. Pasien dilanjutkan untuk memilih posisi yang nyaman. c. Mandi air panas atau air hangat diarea panggul dapat mengurangi nyeri. d. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dari dan menjamin keluaran urin yang besar. (Sjamsuhidajat, 2019) 1.2 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengakajian a)

Anamnesa

a.

Identitas

Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.

b.

Riwayat penyakit

1.

Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas

atau yang menggangu saat ini. keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST. 2.

Riwayat Kesehatan Sekarang

Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS. 3.

Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu

Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. 4.

Riwayat Kesehatan Keluarga

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. 5.

Riwayat psikososial

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum. b)

Pemeriksaan fisik fokus

Menurut Arif Muttaqin (2011) pada pemeriksaan fokus nefrolitiasis didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik. Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah. a.

Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual muntah. b.

Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis. c.

Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri. c)

Pola Fungsional Kesehatan Gordon

Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah : 1.

Pola persepsi dan tata laksana hidup

Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat. 2.

Pola nutrisi dan metabolisme

Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal. 3.

Pola aktivitas dan latihan

Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. 4.

Pola eliminasi

Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal. 5.

Pola tidur dan istirahat

Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya. 6.

Pola persepsi dan konsep diri

Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi. 7.

Pola sensori dan kognitif

Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit. 8.

Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual. 9.

Pola hubungan peran

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan. 10.

Pola penaggulangan stress

Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul. 11.

Pola nilai dan kepercayaan

Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh. 1.2.2

Diagnosa keperawatan

Pre Op : 1.

Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi urin.

2.

Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan terhambatnya aliran urin.

3.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah akibat kolik

renal. 4.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.

Post Op : 1.

Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan.

4.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme. (Nanda, 2015)

1.2.3

Intervensi

Pre Op 1.

Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi urin. Diagnosa

Tujuan dan

Intervensi

Keperawatan Nyeri akut Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung 100-200cc 3. Intake cairan dalam rentang normal 4. Bebas dari ISK 5. Tidak ada spasme bladder 6. Balance cairan seimbang

Intervensi NIC Urinary Retention Care 1. Lakukan penilaian kemih yang komperhensif berfokus pada inkontenensia (misalnya, output urin, pola berkemih, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten) 2. Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau properti alpha agonis. 3. Memonitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti calcium channel blockers dan antikolinergik 4. Merangsang reflek kandung kemih dengan menerapkan dingin untuk perut, membaelai tinggi

Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume cairan Definisi : penurunan cairan 3. Gangguan sensori intravaskular, interstisial, dan atau motorik intraseluler. Ini 4. Infeksi saluran mengacu pada dehidrasi, kemih kehilangan cairan saat tanpa perubahan pada natrium

3.

Tujuan dan Kriteria Hasil NOC 1. Fluid balance 2. Hydration 3. Nutritional Status: Food and Fluid 4. Intake

Intervensi

NIC Fluid management 1. Timbang batin atau urin. popok/pembalut jika 5. Sediakan waktu yang di perlukan cukup untuk pengosongan 2. Pertahankan kandung kemih catatan intake dan (10menit) 6. Gunakan spirit output yang akurat wintergreen di pispot atau Kriteria Hasil : 3. Monitor status urinal 1. Mempertahanka hidrasi (kelembaban 7. Menyediakan Batasan Karakteristik n urine output membran mukosa, manuver crede, uyang diperlukan 1. Perubahan status sesuai dengan usia nadi adekuat, tekanan 8. Gunakan double-void mental dan BB, BJ urine darah ortostatik), jika teknik 2. Penurunan tekanan normal, HT normal diperlukan 9. Masukan darah 2. Tekanan darah, 4. Monitor vitalkateter sign kemih, sesuai masu kan 3. Penurunan tekanan nadi, suhu tubuh 5. Monitor 10. / cairan danAnjurkan nadi dalam batas makanan pasien/keluarga 4. Penurunan volume normal hitung intake kalorimerekam output urin, sesuai nadi 3. Tidak ada tanda harian 11. Instruksika 5. Penurunan turgor kulit tanda dehidrasi, 6. Kolaborasikan n cara-cara untuk 6. Penurunan turgor lidah Elastisitas turgor pemberian cairan IV menghindari 7. Penurunan haluaran kulit baik, 7. Monitor statuskonstipasi atau impaksi tinja. urin membran mukosa nutrisi 12. 8. Penurunan pengisisan lembab, tidak ada 8. Berikan cairan IV Memantau asupan keluaran vena rasa haus yang pada suhu dan ruangan 13. 9. Membran mukosa berlebihan 9. Dorong masukan Memantau kering oraltingkat distensi kandung dengan palpasi dan 10. Kulit kering 10.kemih Berikan perkusi 11. Peningkatan penggantian 14. Membantu hematokrit nesogatrik sesuai dengan toilet secara berkala 12. Peningkatan suhu output Memasuka tubuh 11.15. Dorong n pipa kedalam lubang 13. Peningkatan frekwensi keluarga untuk tubuh untuk sisa nadi membantu pasien 16. Menerapk 14. Peningkatan makan kosentrasi urin 12.an kateterisasi Tawarkan intermiten 17. 15. Penurunan berat badan snack (jus buah, buahMerujuk ke spesialis kontinensia 16. Tiba-tiba (kecuali segar) pada ruang ketiga) 13.kemih Kolaborasi 17. Haus dengan dokter 18. Kelemahan 14. Atur kemungkinan tranfusi (Nanda, Faktor Yang2015) 15. Persiapan untuk Berhubungan tranfusi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah akibat kolik renal. 1. Kehilangan cairan Hypovolemia aktif Management 2. Kegagalan mekanisme 16. Monitor status regulasi cairan termasuk intake dan output cairan 17. Pelihara IV line 18. Monitor tingkat Hb dan hematokrit 19. Monitor tanda vital 20. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan 21. Monitor berat

(Nanda, 2015) 1.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.

Diagnosa Keperawatan Ansietas Definsi : Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang Samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan Karakteristik Perilaku : 1. Penurunan produktivitas 2. Gerakan yang ireleven 3. Gelisah 4. Melihat sepintas 5. Insomnia 6. Kontak mata yang buruk 7. Mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup 8. Agitasi 9. Mengintai 10. Tampak waspada Affektif : 1. Gelisah, Distres 2. Kesedihan yang mendalam 3. Ketakutan 4. Perasaan tidak adekuat 5. Berfokus pada diri sendiri 6. Peningkatan kewaspadaan 7. Iritabihtas 8. Gugup senang beniebihan 9. Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan 10. Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten 11. Bingung, Menyesal 12. Ragu/tidak percaya diri 13. Khawatir Fisiologis : 1. Wajah tegang, Tremor

Tujuan dan Kriteria Hasil NOC 1. Anxiety selfcontrol 2. Anxiety level 3. Coping Kriteria Hasil : 1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. 2. Mengidentifi kasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas. 3. Vital sign dalam batas normal. 4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.

Intervensi NIC Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut 6. Dorong keluarga untuk menemani anak 7. Lakukan back / neck rub 8. Dengarkan dengan penuh perhatian 9. Identifikasi tingkat kecemasan 10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi 12. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi 13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

1.2.4

Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2019 : 127). Kegiatan implementasi pada klien dengan batu ginjal adalah membantunya mencapai kebutuhan dasar seperti : 1.

Melakukan pengakajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau mamantau status atau masalah yang ada.

2.

Melakukan penyuluhan untuk membantu klien mamperoleh pengetahuan baru mangenai kesehatan mereka sendiri atau penatalaksanaan penyimpangan.

3.

Membantu klien membuat keputusan tentang perawatan kesehatan dirinya sendiri.

4.

Konsultasi dan rujuk pada profesional perawatan kesehatan lainnya untuk memperoleh arahan yang tepat.

5.

Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan

1.2.5

Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2019 : 135). Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah, intervensi dan evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses pada dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan (Nursalam, 2019 : 207) Proses dokumentasi dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data masalah hanya dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang lama dengan masalah yang kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam

“flowsheet”, catatan perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan yang spesifik berhubungan dengan masalah, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai dengan “I” (intervensi) dan nomor masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi diidentifikasikan dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam (2009 : 208).