- Laporan Pendahuluan Diare
Views 23
Downloads 1-
File size 564KB - Author/Uploader: AnitaSulmawati
LAPORAN PENDAHULUAN GEA ( GASTROENTRITIS AKUT )
A.
DEFINISI Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari.
B.
ETIOLOGI Diare akut karena infeksi (gastroenteritis) dapat ditimbulkan oleh: Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella para typhi A/B/C, Shigella dysentriae, Shigella flexneri, Vivrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfrigens, Campilobacter (Helicobacter) jejuni, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Yersinia intestinalis, Coccidiosis. Parasit : Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Isospora sp) dan Cacing ( A. lumbricodes, A. duodenale, N. americanus, T. trichiura, O. velmicularis, S. stercoralis, T. saginata dan T. solium) Virus
: Rotavirus, Adenovirus dan Norwalk.
Penelitian di RS Persahabatan Jakarta Timur (1993-1994) pada 123 pasien dewasa yang dirawat di bangsal diare akut didapatkan hasil isolasi penyebab diare akut terbanyak adalah E. coli (38 %), V. cholera Ogawa (18 %) dan Aeromonas sp. 14 %).
C.
MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul). Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: 1.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
3.
Memberikan terapi simtomatik
4.
Memberikan terapi definitif.
1.
Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu: a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya. b. Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: 1. Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus: BJ Plasma – 1,025 ———————- x BB x 4 ml 0,001 2. Metode Pierce Berdasarkan keadaan klinis, yakni: * diare ringan, kebutuhan cairan
= 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan
= 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan
= 10% x kg BB
3. Metode Daldiyono Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut: * Rasa haus/muntah
=1
* BP sistolik 60-90 mmHg
=1
* BP sistolik 120 x/mnt
=1
* Kesadaran apatis
=1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma
=2
* Frekuensi napas >30 x/mnt
=1
* Facies cholerica
=2
* Vox cholerica
=2
* Turgor kulit menurun
=1
* Washer women’s hand
=1
* Ekstremitas dingin
=1
* Sianosis
=2
* Usia 50-60 tahun
=1
* Usia >60 tahun
=2
Kebutuhan cairan = Skor ——– x 10% x kgBB x 1 ltr 15
c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
d. Jadual pemberian cairan
Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
2.
Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan
keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring. Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut: a. Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja. b. Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare.
3.
Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan
keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
4.
Memberikan terapi definitif.
Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi: a. Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol. b. V. parahaemolyticus, c. E. coli, tidak memerluka terapi spesifik d. C. perfringens, spesifik e. A. aureus : Kloramfenikol f. Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin g. Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol h. Helicobacter: Eritromisin i. Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol j. Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol k. Balantidiasis: Tetrasiklin l. Candidiasis: Mycostatin m. Virus: simtomatik dan suportif
D.
PATOFISIOLOSI Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
Pemeriksaan Diagnostik 1.
Pemeriksaan darah tepi lengkap
2.
Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma
3.
Pemeriksaan urine lengkap
4.
Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
5.
Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
6.
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan
7.
Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
8.
Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na, k, ca, dan p serum yang diare disertai kejang)
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan : 1.
Kehilangan BB a. Tidak ada dehidrasi
2.
: menurun BB < 2 %
b. Dehidrasi ringan
: menurun BB 2 – 5%
c. Dehidrasi sedang
: menurun BB 5 – 10%
d. Dehidrasi berat
: menurun BB 10%
Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam : a. Detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan) b. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang) c. 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa. (Sudoyo,2007:408)
E.
MASALAH YANG LAZIM MUNCUL i.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
ii.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
iii.
Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
iv.
Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
v.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
PATHWAY
INFEKSI
MAKANAN
PSIKOLOGI
BERKEMBANG DI USUS
TOKSIK TAK DAPAT DISERAP
ANSIETAS
HIPERSEKRESI/AIR & ELEKTROLIT
HIPERPERISTALTIK
MALABSORBSI KH, LEMAK, PROTEIN
ISI USUS PENYERAPAN MAKANAN DIUSUS MENURUN
PE↑ TEKANAN OSMOTIK
PERGESERAN AIR & ELEKTROLIT KE USUS
DIARE
FREKUENSI BAB ME↑
HILANG CAIRAN & ELEKTROLIT >
DISTENSI ABDOMEN
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT PERIANAL
GANG KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT
ASIDOSIS METABOLIK
DEHIDRASI
SESAK
GANGGUAN PERTUKARAN GAS
KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
RESIKO SYOK / HIPOVOLEMI
MUAL / MUNTAH
NAFSU MAKAN ME↓
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI < KEBUTUHAN
INTERVENSI
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual) Intervensi dan Rasional: a. Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi -Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses. b. Pantau intake dan output. -Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti. c. Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium -Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa. d. Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif. -Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Dx.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus. Intervensi dan Rasional:
Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut. –
Menurunkan kebutuhan metabolik.
Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan –
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan
sesegera
mungkin
penting
setelah
keadaan
klinis
klien
memungkinkan.
Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat. –
Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM.
Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi. –
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.
Dx.3
Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Intervensi dan Rasional:
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi. –
Menurunkan tegangan abdomen.
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen –
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping.
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit –
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi –
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal –
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.4 Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi. Intervensi dan Rasional:
Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat. –
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang lain yang mengalami masalah yang sama dengan klien. –
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satusatunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien. –
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan. –
Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi.
Kaji perubahan tingkat kecemasan (misalnya dengan indeks HARS) –
Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi selanjutnya.
Dx.5 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif. Intervensi dan Rasional:
Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien tentang penyakit dan perawatannya. –
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan aktivitas sehari-hari. –
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul. –
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi. –
Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan diri.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah
Aktivitas/istirahat: Gejala:
–
Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
–
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
–
Gelisah dan ansietas
Sirkulasi: Tanda:
–
Takikardia (reapon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
–
Hipotensi
–
Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
Integritas ego: Gejala: –
Ansietas, ketakutan,, emosi kesal, perasaan tak berdaya
Tanda: –
Respon menolak, perhatian menyempit, depresi
Eliminasi: Gejala: –
Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
–
Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda:
–
Bising usus menurun atau meningkat
–
Oliguria/anuria
Makanan dan cairan: Gejala:
–
Haus
–
Anoreksia
–
Mual/muntah
–
Penurunan berat badan
–
Intoleransi diet/sensitif terhadap buah segar, sayur, produk susu, makanan berlemak
Tanda:
–
Penurunan lemak sub kutan/massa otot
–
Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
–
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
Hygiene: Tanda:
–
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
–
Badan berbau
Nyeri dan Kenyamanan: Gejala: –
Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
Tanda: –
Nyeri tekan abdomen, distensi.
Keamanan: Tanda:
–
Peningkatan suhu pada infeksi akut,
–
Penurunan tingkat kesadaran, gelisah
–
Lesi kulit sekitar anus
Seksualitas Gejala: –
Kemampuan menurun, libido menurun
Interaksi sosial Gejala: –
Penurunan aktivitas sosial
Penyuluhan/pembelajaran: Gejala: –
Riwayat anggota keluarga dengan diare
–
Proses penularan infeksi fekal-oral
–
Personal higyene
–
Rehidrasi
AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO PROGRAM D-III KEPERAWATAN Jl. KH. Rosyid KM 5 Ngumpakdalem Dander – Bojonegoro
FORMAT PENGKAJIAN UMUM Nama Mahasiswa NIM Tanggal Praktek Ruangan Tanggal Pengkajian Tanggal MRS
: : : : : :
1. IDENTITAS PASIEN Nama (inisial) Nama Panggilan Umur / Tanggal Lahir Jenis Kelamin Pendidikan Diagnosa Medis
: Ny. S : Ny. S : 41 tahun : Perempuan : SMA : GEA
No. Reg : 31332
2. KELUHAN UTAMA Diare. Pasien mengatakan BAB lebih dari 6 kali sehari. Konsistensi feses cair dan tidak ada ampas, juga tidak ada darah.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien mengataka mulai pagi tadi BAB mencret dan cair, tidak ada ampas, nyeri ulu hati, tidak kembung. Sudah dibawa ke dokter tadi pagi dan di beri obat, tetapi tidak ada perubahan. Badan sudah lemas sehingga di bawa ke RSUD Sosodoro.
4. RIWAYAT PENYAKIT YANG LALU Pasien mengatakan mempunyai penyakit Gastritis secara kronis pada 4bulan yang lalu.
5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular.
Keterangan : : Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal : Pasien : Laki-laki : Garis Keturunan
6. RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL Psiko : Di Rm : Pasien belum dapat menerima penyakitnya Di Rs : Pasien yakin akan sembuh dari penyakitnya Sosial : Di Rm : Hubungan pasien cukup baik dengan keluarga dan tetangga. Di Rs : Hubungan keluarga dan tim medis baik Spiritual : Di Rm : Pasien mengatakan beribadah lima waktu Di Rs : Pasien dapat beribadah dengan baik namun terkadang masih dibantu keluarga
7. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI a. POLA NUTRISI DAN CAIRAN Di Rumah Makan : 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur. Minum : 1000cc (Air putih) Di Rumah Sakit Makan : 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur, buah (habis 1 porsi yang diberikan) Minum : 2000cc/hr, sirup, teh, air putih. A : IMT = BB = 49 = 49 = (TB)² (160)² 2,6 B : Pemeriksaan lab Hb C : Nafsu makan berkurang,mual D : Nasi dan makanan yang mengandung banyak serat E : Tampak lemah b. POLA ELIMINASI BAK : 5-6x/hari BAB : 1hari 1x Di Rumah Sakit BAK : 4-5x/hari BAB : 1hari 3x c. POLA ISTIRAHAT/TIDUR Di rumah Tidak terbiasa tidur siang,saat tidur malam pukul 22.00-04.00 kualitas nyenyak Di Rumah Sakit Kesulitan tidur siang,saat tidur malam pukul 23.00-05.00 kurang nyenyak. d. POLA AKTIVITAS KERJA DAN LATIHAN Di rumah Sehari-hari pasien sebagai orang tua dan ibu rumah tangga. Aktivitas dilakukan sendiri Di Rumah Sakit Pasien hanya tidur di TT kadang-kadang bangun untuk ke kamar mandi. Aktivitas dibantu oleh keluarga. e. POLA KEBERSIHAN DIRI Di Rm : Ganti baju 3x sehari Keramas 1x/2 hari
Mandi 2x sehari Di Rs : Ganti baju 2x sehari Mandi sibin 3x sehari Ganti baju 2x sehari f. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI Di Rm : Pasien berjenis kelamin perempuan, pasien mengatakan sudah menikah hampir 30 tahun dan di karunia’i 3 orang anak.Hubungan dengan keluarga harmonis Di Rs : Hubungan pasien dengan keluarga dan tim medis baik,pasien di temani suami dan anak pertamanya g. POLA NILAI/KEYAKINAN Pasien mengatakan beragama Islam dan apabila adzan berkumandang pasien langsung beribadah. h. POLA KOPING (PENANGANAN STRES) Di Rm : Pasien mengatakan jika merasa bosan kadang berlibur dengan keluarga atau bermain ke tetangga sebelah. Di Rs : Pasien merasa resah karena penyakitnya,namun setelah mendapat dukungan dari keluarga pasien menjalani pengobatan baik. 8. KEADAAN/PENAMPILAN/KESAN UMUM PASIEN – Rambut lurus panjang,badan terlihat bersih – Kesadaran pasien composmentis. – Keadaan umum pasien lemas, terpasang IV RL 500cc Q6jam.
9. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL a. SUHU TUBUH : 36ᵒC b. DENYUT NADI :88 x/menit c. TENSI DARAH :110/70 d. RESPIRASI :24 x/menit e. TB/BB :160/49 10. PEMERIKSAAN FISIK (Diutamakan pada system terganggu sesuai dengan penyakit) a. PEMERIKSAAN KEPALA DAN LEHER – Rambut/Kulit Kepala Inspeksi :kulit kepala bersih, rambut warna hitam Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
– Mata Konjungtiva merah muda, reflek pupil terhadap cahaya +/+, pasien memakai kaca mata plus. – Hidung Simetris, bersih tidak ada secret.
– Telinga Bersih, tidak ada serumen, simetris.
– Mulut/Bibir/Gigi Kebersihan mulut bersih, tidak bau, mukosa bibir lembab, lidah tidak terdapat jamur, gigi tidak terdapat caries. b. PEMERIKSAAN INTEGUMEN/KULIT/KUKU Inspekai : Kulit terlihat kering,tidak ada bekas luka Palpasi : Turgor kulit abnormal,CTR normal,kuku bersih c. PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK (bila diperlukan) d. PEMERIKSAAN THORAX/PARU INSPEKSI : Saat inspirasi tidak terlihat adanya otot bantu pernafasan dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung. PALPASI : Tidak ada benjolan. PERKUSI : Suara paru redup AUSKULTASI : Tidak adanya bunyi tambahan (wheezing -/-)
e. PEMERIKSAAN JANTUNG INSPEKSI : Tidak ada bekas luka PALPASI : Tidak ada benjolan PERKUSI : Tidak ada ketukan yang nabnormal AUSKULTASI : Suara Bj1 dan Bj2 normal f. PEMERIKSAAN PUNGGUNG INSPEKSI : Tidak ada bekas luka dan lesi PALPASI : Tidak ada benjolan g. PEMERIKSAAN ABDOMEN
INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI
: Tidak ada bekas luka / bekas luka operasi. : Tidak ada benjolan, turgot kulit baik : Suara timpani dibagian kiri atas : Bising usus 10x/menit
h. PEMERIKSAAN KELAMIN DAN SEKITARNYA (bila diperlukan) Genetalia :Vagina terlihat bersih,Tidak terpasang kateter
Anus :Tidak ada hemoriod,warna kemerahan,terdapat kerusakan integritas pada perianal
i. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS N1 : Fungsi pencium normal (Olfaktorius) N2 : Fungsi penglihatan normal (Optikus) N3 : Reaksi pupil terhadap cahaya normal (Okulomotoris) N4 : Gerakan bola baik (Trokealis) N5 : Reflek mengunyah normal (Trigeminal) N6 : Dapat membedakan kasar,halus,tajam (Abdusen) N7 : Masih dapat tersenyum (Fasialis) N8 : Pendengaran normal (Akustik) N9 : Kemampuan menelan baik (Glusofaringeal) N10 : Terdapat reflek muntah (Vagus) N11 : Mampu mengangkat bahu (Aksesoris) N12 : Mampu menjulurkan lidah (Hipoglosal) j. PEMERIKSAAN MUSCULOSKELET AL 55 55 Keterangan : 5 : beban maksimal 4 : beban minimal 3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi 2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi 1 : hanya ada kontraksi 0 : tidak ada kontraksi
k. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL Psiko : Di Rm : Pasien belum dapat menerima penyakitnya Di Rs : Pasien yakin akan sembuh dari penyakitnya
Sosial : Di Rm : Hubungan pasien cukup baik dengan keluarga dan tetangga. Di Rs : Hubungan keluarga dan tim medis baik
l. PEMERIKSAAN PENUNJANG MEDIS
m. TERAPI MEDIS 1. Infus RL 15 tpm (750 cc) : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. 2. Injeksi Novalgin 3×1 amp (metampiron 500 mg/ml) : Golongan Analgesik 3. Injeksi Ulsikur 3×1 amp (simetidina 200mg/ 2ml) : Antasida dan Ulkus 4. Injeksi Cefotaxime 3×1 amp (sefotaksim 500mg/ml) : Antibiotik. n. HARAPAN KLIEN/KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PENYAKITNYA Pasien dan keluarga berharap tidak lagi sakit dan akan memulai hidup sehat
Bojonegoro, ……………………………….
3.2 ANALISA DATA Nama pasien : Ny. “S” Umur : 23 tahun Data DS : klien mengatan berak kuning kehijauan bercampur lendir DO : Turgor kulit menurun, mulut kering, malas makan DS : Pasien mengatakan bahwa mengalami perut kembung DO : setelah dilakukan perkusi diketahui klien distensi, klien tampak menahan kesakitan. Peristaltik : 40x/ menit Skala nyeri : P : sebelum dan sesudah BAB Q : nyeri seperti teremas R : pada regio epigastrium S : skala nyeri 5 T : sering DS : klien mengatakan bahwa klien BAB berkalikali DO :klien tampak lemas, mata cowong.
No. Ruangan
:5
Masalah keperawatan Etiologi Gangguan keseimbangan Output yang berlebihan cairan
Gangguan rasa nyaman Hiperperistaltik (nyeri)
Gangguan pola eliminasi Infeksi bakteri BAB
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN No Tanggal 1 10/05/17
Diagnosa Keperawatan Gangguan keseimbangan cairan b/d output yang berlebihan
2
10/05/17
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b/d hiperperistaltik
3
10/05/17
Gangguan eliminasi BAB : diare b/d infeksi bakteri
3.4 INTERVENSI No. Tujuan dan KH Dx Setelah Dilakukan 1 Tindakan Keperawatan 2×24 Jam dengan Tujuan : volume cairan dan elektrolit dalam tubuh seimbang (kurangnya cairan dan elektrolit terpenuhi) Dengan KH : Turgor kulit cepat kembali. Mata kembali normal Membran mukosa basah Intake output seimbang 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2×24 jam denganTujuan : rasa nyaman terpenuhi, klien terbebas dari distensi abdomendengan KH : Klien tidak menyeringai kesakitan. Klien mengungkapkan verbal (-) Wajah rileks Skala nyeri 0-3
3
Setelah
Intervensi
Rasional
1. pantau tanda kekurangan cairan 2. observasi/catat hasil intake output cairan 3. anjurkan klien untuk banyak minum 4. jelaskan pada ibu tanda kekurangan cairan 5. berikan terapi sesuai advis : Infus RL 15 tpm
1. Menentukan intervensi selanjutnya 2. Mengetahui keseimbangan cairan 3. Mengurangi kehilangan cairan 4. Meningkatkan partisipasi dalam perawatan 5. mengganti cairan yang keluar dan mengatasi diare
1. Teliti keluhan nyeri, cacat intensitasnya (dengan skala0-10). 2. Anjurkan klien untuk menghindari allergen 3. Lakukan kompres hangat pada daerah perut 4. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi Steroid oral, IV, & inhalasi Analgesik : injeksi novalgin 3×1 amp (500mg/ml) Antasida dan ulkus : injeksi ulsikur 3×1 amp (200mg/ 2ml)
1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan. 2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit. 3. Dengan kompres hangat, distensi abdomen akan mengalami relaksasi, pada kasus peradangan akut/peritonitis akan menyebabkan penyebaran infeksi. 4. Kortikosteroid untuk mencegah reaksi alergi. 5. Analgesik untuk mengurangi nyeri. 1. kehilangan cairan
Dilakukan 1.
Mengobservasi TTV
Tindakan Keperawatan 2×24 Jam dengan Tujuan : Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari dengan KH : Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt ) Leukosit : 4000 – 11.000 Hitung jenis leukosit : 1-3/2-6/5070/20-80/2-8
2. Jelaskan pada pasiententang penyebab daridiarenya 3. Pantau leukosit setiap hari 4. Kaji pola eliminasi klien setiap hari 5. Kolaborasi Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien. Antibiotik: cefotaxime 3×1 amp (500mg/ml)
yang aktif secar terus menerus akan mempengaruhi TTV 2 Klien dapat mengetahui penyebab dari diarenya. 3 Berguna untuk mengetahui penyembuhan infeksi 4 Untuk mengetahui konsistensi dan frekuensi BAB 5 Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada kebutuhan.
3.5 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama pasien : Ny. “ S “ Umur : 23 tahun TGL/ JAM Selasa, 10/5 17 16.00
16.15
16.25
NO. Dx 1,2,3
No.ruangan
:5
IMPLEMENTASI
RESPON PS
Mengkaji keluhan pasien Mengobservasi TTV setiap 8 jam
DS : Klien mengatakan bahwa BAB berkali-kali, muntah, dan perut kembung. DO : Turgor kulit menurun, mulut kering, mata cowong, dan menahan kesakitan TD = 80/50 mmHg, S = 390 C, N= 112, tampak lemah ,RR 22x/mnt
Menentukan tandatanda kekurangan cairan Memasang infus RL 15 tpm
DS : klien mengatakan akan minum yang banyak DO :Turgor kulit berkurang, mukosa mulut kering,disertai muntah.
1
1,2
21.00
1,2
Rabu11/5/17 06.30
1,3
07.30
2,3
08.50
1,3
DS : expesi wajah klien sedikit Memberikan obat: rileks Injeksi Novalgin 1 DO : keluarga kooperatif,dan amp akan memberikan banyak Injeksi Ulsikur 1 amp minum agar klien tidak Injeksi Cefotaxime 1 dehidrasi amp Menganjurkan untuk klien banyak minum DS : DO : Ny. “ S “ keluarga Menganjurkan klien kooperatif untuk istirahat dan melakukan kompres hangat pada daerah DS : perut DO : TD = 100/70, S = 380, N Mengobservasi TTV = 100x/mnt, RR = 20x/mnt Mengganti infus RL 15 tpm Mengkaji pola eliminasi klien DS : DO : Keluarga kooperatif Memberikan obat: Injeksi Novalgin 1
TTD
amp
11.30
1,2
14.00
3,2
Kamis, 12/5/17 06.00 06.30
1,2,3
3
08.00
1,3
08.30
2,3
Injeksi Ulsikur 1 amp DS : Klien mengatakan akan Injeksi Cefotaxime 1 makan dalam porsi kecil tapi amp sering. DO : Keluarga kooperatif Observasi/catat hasil intake output cairan DS : pasien mengatakan akan Menganjurkan makan dalam minum sesering mungkin porsi sedikit tapi sering. DO : Ny. “S” keluarga kooperatif Menyuruh pasien banyak minum agar tidak DS : dehidrasi DO : Ny. “ S “ keluarga Jelaskan pada keluarga kooperatif tanda-tanda kekurangan cairan Memberikan obat: Injeksi Dexa 1 amp Injeksi Ulsikur 1 amp Injeksi Cefotaxime 1 amp
DS : DO : TD = 100/70, S = 370, N = 100x/mnt, RR = 22x/mnt DS : klien mengatakan akan makan dalam porsi kecil tapi sering. DO : keluarga kooperatif
Mengopservasi TTV Mengganti cairan infus + drip Neurobio DS : DO : Turgor kulis sedikit Menganjurkan makan dalam membaik , mukusa mulut porsi dikit tapi sering lembab, muntah berkurang,diare berkurang. DS :pasien mengatakan nyeri Mengopservasi tanda tanda saat disuntik dehidrasi DO : Obat masuk tidak ada tanda alergi
10.00
3 DS : Memberikan obat DO : Leukosit : 8600/mm3 Injeksi Ulsikur 1 amp Hitung jenis leukosit : 1-3/2Injeksi Cefotaxime 1 6/50-70/20-80/2-8 amp
Observasi leukosit
3.6 CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/tgl Dx 1. Selasa 10/5/2017
Catatan Perkembangan S : Kien mengatakan bahwa masih merasa lemas O : – Klien masih tampak lemas Aktifitas klien masih dibantu keluarganya A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1-4 dilanjutkan
2.
S : Klien mengatakan bahwa perutnya masih tersa sakit O : – Kien tampak menyeringai kesaklitan Klien terus memegangi perutnya Skala nyeri 3 A : Masalah belum teratasi P : Intervensi 1,3,4,5 dan 6 dilanjutkan
3.
S : klien mengatakan bahwa klien BAB berkali-kali,sudah mulai berkurang 2x/hari, masih merasa mual tapi tidak sampai muntah. O : – klien BAB 2x/hari – Turgor kulit kembali < 1 detik – Mata tidak cowong – Klien merasa mual sehingga tidak menghabiskan porsi makannya – Klien tidak muntah A : Masalah gangguan pola eliminasi BAB teratasi sebagian P : Pertahankan intervensi 1-4 dilanjutkan Kaji intak output cairan setiap 8 jam Pantau tanda-tanda dehidrasi
1.
2.
Rabu 11/5/2017 S : Klien mengatakan bahwa merasa lebih sehat O : – Klien tampak lebih sehat Klien lebih mandiri dalam melakukan aktifitasnya Turgor kulit < 1 detik kembali Mata tidak cowong Mukosa mulut tidak kering A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : Kien mengatakan bahwa sakit perutnya sedikit berkurang O : Klien menyeringai menahan sakit, skala nyeri 2 A : Masalah tertasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
TTD
3. S : Klien mengatakan bahwa BAB sudah lembek 12/harimual sudah berkurang, tidak muntah lagi. O : – Klien BAB 1-2x/hari, konsistensi sedikit lunak Klien menghabiskan makanannya Klien tidak muntah Turgor kulit kembali < 1 detik Mata tidak cowong Mukosa mulut tidak kering Klien minum 1000cc/hari A : Masalah teratasi sebagaian P : Intervensi 1-4 dilanjutkan 1.
2.
Kamis 12/5/2017
S: Klien mengatakan bahwa perutnya sudah tidak sakit O : – Skala nyeri 0 Klien tidak menyeringai kesakitan A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan S : Klien mengatakan bahwa sudah tidak merasa mual dan muntah, konsistensi BAB lunak. O : – Klien BAB dengan konsistensi lunak Klien tidak merasa mual dan muntah Klien menghabiskan porsi makannya dan minum kurang lebih 1500cc/hari Jumlah leukosit normal A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan